Menyusun formulasi pakan atau ransum ternak unggas dapat dilakukan dengan beberapa cara, namun kali ini cara menyusun formulasi pakan dengan menggunakan metode gabungan antara metode Trial and Error dengan metode Square Pearson.


Pakan merupakan komponen penting dalam budidaya atau pemeliharaan ternak. Kesalahan dalam menentukan kebutuhan dan penyusunan pakan/ransum ternak akan menyebabkan produksi yang tidak stabil.


Pada pemeliharaan ayam ras petelur misalnya, kebutuhan pakan harus disesuaikan dengan fase pertumbuhan, apakah pakan untuk fase starter, grower, atau layer. Oleh karena itu, cara menyusun pakan unggas untuk memperoleh formulasi yang tepat perlu diperhatikan.


Perbedaan kebutuhan pakan pada setiap fase yang berbeda dikarenakan kebutuhan nutrien khususnya protein dan energi juga berbeda. Pada fase starter misalnya, kebutuhan protein lebih tinggi dibandingkan dengan pakan dengan fase layer. Hal ini karena protein sangat dibutuhkan pada awal pertumbuhan ternak untuk perkembangan morfologi maupun fisologi ternak.


Untuk menyusun pakan ternak khususnya ternak unggas, kita harus mengetahui kebutuhan protein dan energi pada tiap-tiap fase pemeliharaan. Berikut adalah kebutuhan energi dan protein untuk tiap-tiap fase pada pemeliharaan ayam ras petelur:


Sumber: Ketaren (2010)

Berdasarkan tabel kebutuhan pakan di atas selanjutnya kita harus mengetahui jenis dan kandungan bahan pakan yang akan digunakan. Misalnya kita akan menggunakan 3 jenis bahan pakan yang terdiri dari jagung, dedak, dan konsentrat.


Berikut adalah kandungan nutrien dari masing-masing bahan pakan yang akan digunakan:



Langkah selanjutnya adalah menyusun formulasi yang tepat dengan kandungan protein dan energi yang digunakan sebagai acuan. Pada contoh ini kita akan menyusun ransum untuk ayam petelur fase layer dengan kandungan Protein Kasar (PK) 17% dan Energi Metabolis (EM) 2900 kkal/kg.


Pada kasus ini kita mematok penggunaan jagung sebanyak 40% karena merupakan satu-satunya sumber energi utama dari bahan pakan yang kita gunakan.Sehingga PK dan energi yang terpenuhi dari penggunaan jagung adalah:

PK = 7,96 x 40% = 3,184 %

EM = 3.321 x 40% = 1.328 kkal/kg


Berdasarkan data di atas berarti masih terdapat kekurangan PK sebesar (17 - 3,148) = 13,816% dan kekurangan EM sebesar (2700 - 1328) = 1572 kkal/kg. Kekurangan ini akan kita penuhi dari dua jenis bahan pakan yang tersisa yaitu konsentrat dan dedak.


Karena kita tinggal menghitung formulasi dari dua jenis bahan pakan untuk menutupi kebutuhan tertentu, maka untuk memudahkannya kita menggunakan metode penyusunan ransum yang disebut Square Pearson Method.


Hasil perhitungannya adalah :



Setelah kita mengitung kebutuhan dedak dan konsentrat dengan Square Pearson Method maka diperoleh presentase dari masing-masing bahan sebagaimana pada gambar di atas. Yakni untuk mencukupi kekurangan dimaksud, dibutuhkan konsentrat sebesar 47,94% dan dedak 52,06%.


Dalam langkah ini kita harus hati-hati, karena angka yang dimaksud tidak serta merta dimasukkan dalam perhitungan karena diawal kita mengetahui bahwa 40% dari bahan yang kita gunakan adalah jagung. Sehingga untuk mengetahui berapa persen dedak dan konsentrat jika dicampurkan menjadi 3 bahan (termasuk jagung) adalah sebagai berikut:


Konsentrat : (100-40) x 47,94% = 28,77%

Dedak : (100-40) x 52,06% = 31,23%


Sehingga secara keseluruhan formulasi yang diperoleh adalah:



Demikianlah cara meramu pakan unggas dengan menggunakan gabungan metode trial and error dengan Square Pearson Method. Keunggulan dari cara ini adalah kita dapat memperoleh persentase PK yang pas sesuai dengan kebutuhan. Metode ini telah kami kembangkan dalam Microsoft Excel sehingga lebih memudahkan dalam menentukan besaran bahan pakan yang digunakan hanya dengan memasukkan target PK yang diinginkan.