Pubertas Pada Ternak Jantan - Secara umum, pubertas pada ternak jantan terjadi ketika pejantan pertama kali memproduksi sperma yang cukup untuk membuat ternak betina bunting. Pubertas adalah ketika seekor pejantan pertama kali memproduksi dan mengejakulasikan sekitar 50 juta sperma dengan motilitas lebih dari 10%.


Periode pubertas berhubungan dengan laju perkembangan folikuler, perubahan pola sekresi luteinizing hormone (LH), terjadinya peningkatan konsentrasi testosteron di dalam darah dan inisiasi proses spermatogenesis.


Perkembangan organ reproduksi ternak jantan yang optimal dibutuhkan untuk mencapai umur pubertas yang normal. Pada ternak sapi, umur pubertas biasanya dicapai saat sapi berumur 1,5 tahun. Ketika ternak telah mencapai pubertas, maka ternak jantan siap untuk dikawinkan.


Perkembangan testikular ternak jantan terdiri dari beberapa tahapan. Fossland dan Schultz (1961) membagi empat tahapan perkembangan folikular pada sapi perah sebagai berikut:


Tahap 1: Neonatal. Yaitu fase perkembangan dan lumenisasi tubulus dan kemunculan spermatocyt-spermatocyt.

Tahap 2: Prepubertal, yaitu kemunculan spermatocyte dan spermatid.

Tahap 3: Circumpubertal, fase ini ditandai dengan kemunculan spermatozoa di dalam testis dan epididimis.

Tahap 4: Postpubertal, fase ini ditunjukkan dengan terjadinya hiperplasia pada jaringan testiskular.


Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi umur pubertas pada ternak yang tidak terlepas dari sistem neuroendokrin. Faktor penting yang mempengaruhi pubertas adalah bangsa (breed), asupan energi, pertambahan bobot badan, dan kelahiran (musim).


Asupan energi atau ketersediaan nutrien adalah faktor penting untuk perkembangan organ reproduksi pada tahap awal. Selain itu, status nutrisi dan hormonal induk saat ternak masih dalam kandungan juga berpengaruh, karena perkembangan organ reproduksi saat embrio.


Ketika ternak memasuki masa pubertas akan terjadi ketertarikan seksual kepada lawan jenis. Ketertarikan seksual ini berhubungan dengan perkembangan kapasitas fertilisasi termasuk fungsi testikular. 


Seperti kita ketahui, terdapat dua fungsi utama testes yaitu untuk mensekresikan testosteron dan hormon-horomon steroid lainnya oleh sel leydig, serta untuk memproduksi spermatozoa. Proses ini utamanya dikontrol oleh hormon yang dihasilkan di kelenjar pituitary.


Sekresi testosteron yang bertanggung jawab terhadap terjadinya libido pada ternak jantan dikontrol oleh luteinizing hormone (LH) yang pada ternak jantan diketahui sebagai interstitial cellstimulating hormone (ICSH).


Laju sekresi LH meningkat selama seminggu pertama kelahiran ternak, dan terus meningkat setidaknya pada umur 2 dan 5 bulan. Selanjutnya, level plasma LH kembali menurun rata-rata seperti pada awal periode postnatal.


Penurunan konsentrasi LH berhubungan dengan meningkatnya sekresi testosteron yang memberikan feedback negativ sehingga terjadi penghambatan sekresi LH. Sekresi testosteron berkaitan dengan pulse LH dimana terjadi sekresi testosteron setiap satu jam setelah terjadinya pulse LH. 


Plasma konsentrasi follicle stimulating hormone (FSH) juga menunjukkan perubahan kecil selama periode prepubertal meskipun sekresi tersebut kemungkinan berhubungan dengan pulse LH yang terjadi.


Ketika pubertas sudah tercapai, kelenjar pituitary terus melepaskan LH untuk merangsang sel leydig untuk memproduksi testosteron. Konsentrasi testosteron yang tinggi memberikan feedback negative ke hypothalamus untuk menekan sekresi GnRH.


Dihambatnya produksi GnRH, rangsangan ke kelenjar pituitary untuk mensekresikan LH juga dihambat.


Sebagai kesimpulan bahwa perkembangan organ reproduksi ternak jantan didukung oleh nutrisi dan kinerja hormonal agar umur pubertas yang normal dapat dicapai tepat waktu. Umur pubertas dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk kinerja hormon, status nutrisi, dan musim kelahiran. Musim kelahiran ini kemungkinan berkaitan dengan efektifitas kinerja hormon reproduksi pada periode awal pertumbuhan dan perkembangan organ reproduksi.